Surat Untuk
Februari
MT. Marapi Sumatera Barat
Hai,
Kata sapaan
yang sering kali terlupakan, padahal kita selalu bersatu. Kapan kita bisa
bercerita layaknya seorang kekasih yang sangat merindu. Menceritakan tentang
semesta dan progress yang akan kamu capai tahun ini. Kapan kita bisa
bercengkrama layaknya buku yang selalu memanggil untuk dibaca dan dibuka
perhalaman.
Hah, ada
pertanyaan yang dilewatkan. Maaf.
Oh ya, apa
kabar kamu hari ini, apakah baik-baik saja?.
Diri ini
berharap tubuh kita baik-baik saja. Sudahkah kamu refreshing untuk gejolak
dunia yang semakin berkecamuk, dan tuntutan hidup yang semakin mengganas?, diri
ini selalu ingin bertanya apakah kamu bahagia dengan aktivitas kamu sekarang.
Diri ini ingin melihat kamu tersenyum agar terlihat bahagia tetapi hanya topeng,
justru ingin melihat kamu bahagia seutuhnya. Melihat kamu tersenyum dan bahagia
bersama alam, kemah, dan menelusuri salah satu sudut terpencil, hah, betapa
bahagianya kamu bercengkrama dengan alam, dan kamu menjadi bebas dari
permasalahan sebelumnya. diri ini melihat kamu menjadi layaknya manusia yang bukan
berdarah dingin. Bisakah kamu mengulang kembali?
Diri ini
bingung ingin bertanya tentang apa ke kamu lagi.
Oh iya aku
baru ingat, apakah kamu sudah memikirkan pasangan yang bisa mendampingimu saat
ini dan seterusnya?
Pasti
kamu masih takutkan, takut pasangamu
tidak menerimamu. Tetap saja egomu selalu kamu utamakan, bahwa kamu masih ingin
bebas. Ya tidak masalah. Asal kamu tidak
terlalu berharap dengan kriteria pasangan yang selalu kamu inginkan. Sebenarnya
kamu sadar, tetapi selalu saja kamu lawan kenyataan.
Ayolah,
bahagia. Dan coba terima.
Diri ini
paham akan sikapmu saat ini, kamu merindukan orang tua mu ketika kamu mendengar
bahwa ibumu bilang “apa yang ibu pusingkan, jodohmu belum ada”. Saat itu kamu
tertawa dan mengalihkan pembicaraan, padahal ingin bilang kepada ibumu, “bu,
diri ini belum siap tetapi ingin mengenalkan pasanganku sekarang, hanya saja
pasangan anakmu ini, masih malu untuk menunjukkan dirinya” atau “bu, aku tidak mau dijodohkan” atau “bu, aku masih
menyukai seseorang saat ini, yang kemarin aku ceritakan, tetapi dia jua memilih
anakmu yang tidak feminim ini” atau “bu, aku rindu ingin bercerita tentang
keadaanku saat ini”.
dan sekarang
diri ini hanya ingin bertanya
“Dewi,
sampai kapan kamu menggunakan topeng itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar