Minggu, 07 Januari 2018

Pertunjukan “Hi V”



oleh : Dewi Safrila Darmayanti

Dokumentasi : Satria Prayudha


Sebuah pertunjukan akan muncul beberapa makna, bahkan tidak terduga. Hal demikian, karena masing-masing personal atau pengamat akan merasakan pengalaman yang berbeda sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seperti halnya pertunjukan karya “Hi V”, “Hi V” adalah sebuah karya yang berpartisipasi dalam kegiatan Bekraf Festival di Bandung. Bekraf Festival Bandung Tahun 2017 diadakan pada tanggal 7 – 10 Desember 2017 di PT. Gudang Persediaan KAI Jalan Sukabumi. Karya Hi V dengan Koreografer Herdi Muhammad ditampilkan pada tanggal 9 Desember 2017 pukul 16.30. Karya Hi V lebih mengeksplorasi kepada tubuh penari dan properti yang digunakan dalam tari. Menghubungkan antara kostum berwarna hitam dan warna kuning sebagai properti yang ditempelkan di caping dengan berbahan dasar kain.
Produksi Karya “Hi V” terdiri dari Herdi Muhammad (Bandung/ Koreografer/ Penari), Geri Krisdianto (Team), Keni K. Soeriaatmadja (Team), Ratna Yulianti(Team), Agni Ekayanti(Team), Ayu Ridho Saraswati(Team), Hasna Febria (Tata Busana/Tata Rias), Satria Prayudha (Dokumentasi). Serta Penari terdiri dari Tazkia Hariany (Bandung), Uus Yusuf Rizal (Garut), Junaida (Mandailing), R.Angga Gusmawan Sukma (Bandung), Satriya Adhiyasa (Bekasi), Dewi Safrila Darmayanti (Pekanbaru), Ferry Cahyo Nugroho (Magetan), Miftakhul Hauna (Pekanbaru), Athif Yulianti (Malang), Tulus Tri Sumanto (Malang), Keanna Sharon (Bandung), dan Tri Putra Mahardika H (Jambi). Team Produksi menjadi bagian dalam Sasikirana Dance Lab untuk berpartisipasi dalam acara Bekraf Festival tersebut.
Dalam sebuah pertunjukan terdiri dari tiga bagian menurut Richard yaitu tahap persiapan, pementasan, dan akhir. Pada persiapan produksi karya “Hi V” bagian yang dilakukan yaitu persiapan konsep (diskusi) agar bisa diterima oleh tubuh yang berbeda daerah, properti yang akan digunakan, kostum serta rias yang menjadi bahan pertimbangan dalam mengkontaminasi karya, musik pengiring yang akan bahan pertimbangan proses produksi, serta cek lokasi pertunjukan agar terjadi penyesuaian dalam proses pertunjukan. Ketika pementasan maka blocking yang dilaksanakan ketika gladi resik akan sangat menentukan kepekaan penari dalam melakukan penyesuaian lokasi. Tahap akhir dalam pertunjukan yaitu pengumpulan kembali properti seerta kostum yang digunakan serta mengevaluasi karya “Hi V” bersama team produksi. Evaluasi dilakukan agar produksi karya ini mengalami progress lebih baik lagi pada tahap selanjutnya.
Hi V, inilah sebuah judul karya yang bisa diinterpretasikan menjadi beberapa bagian. Hi V berdasarkan pendapat koreografer berhubungan dengan penyebaran virus HIV  saat ini, karena tidak ada obat yang bisa menyembuhkan tetapi hanya ada obat untuk memperlambat sistem virus HIV yang menggerogoti tubuh tersangka. Peringatan hari HIV tepat pada tanggal 1 Desember 2017, sehingga menjadi sumber inspirasi pengkarya. Pendapat lainnya tentang judul ini bisa dipilah sebagai berikut, produksi karya Hi V bisa menjadi himbauan untuk menyapa orang lain. Hi adalah sebuah ungkapan untuk menyapa orang lain yaitu “hai”, sedangkan V bisa seperti ungkapan damai yang diajukan kepada orang lain. Sehingga Hi V diartikan ungkapan perdamaian kepada semua orang.
Properti yang digunakan dalam karya ini yaitu kain berwarna kuning digabungkan dengan caping dengan menggunakan lem. Kain tersebut dipotong atau disuir dan disusun sehingga menutupi caping. Untuk memperkuat kain tersebut maka diatas caping diikat kembali dengan kain kuning, sehingga terlihat seperti jambul(rambut yang dianyam baik-baik di atas dahi atau di kepala). Penggambaran dari jambul  tersebut seperti sebuah penyakit apabila dihubungkan dengan konsep awal koreografer. Caping yang digunakan sebagai  penahan kain tersebut seperti penggambaran ubur-ubur yang berada di lautan. Dihubungkan antara virus HIV dengan ubur-ubur seperti hal yang membahayakan yang selalu mengintai. Misalnya ubur-ubur berada dilautan berwarna bening tetapi sangat membahayakan yaitu sengatan listrik untuk perlindungan tubuhnya. Sedangkan HIV adalah sebuah virus yang tidak terlihat tetapi sangat membahayakan tubuh manusia. Garis keduanya yaitu bahaya. Maka dengan kain sebagai media tambahan pendukung produksi ini, bisa dikaitkan dengan warna yang digunakan yaitu warna Kuning. Warna kuning adalah sebuah peringatan. Secara umum masyarakat mengenal warna lampu lalu lintas yaitu merah, kuning, hijau. Dan kuning adalah sebuah tanda hati-hati. Virus HIV sangat mendapatkan perhatian khalayak umum karena penyebarannya begitu cepat. Masa virus ini 10 tahun kedepan beru terdeteksi. Perlahan-lahan tetapi sangat membahayakan. Oleh karena itu, kuning menjadi tanda dapat mempertegas konsep produksi ini. Eksplorasi tubuh lebih diutamakan karena virus HIV lebih menyerang antibodi personal yaitu terlihat dari gejala batuk, demam, mudah terserang penyakit, dan sebagainya. Oleh karena itu, penggarapan produksi Hi V mengarah kepada efek yang ditimbulkan kepada tubuh.
Balon hitam sebagai peringatan dari penyebaran virus mempercepat kematian, dan menyebar melalui pembuluh darah (penyebaran berlipat ganda apabila tidak meminum obatnya). Karena itu produksi karya lebih mengarah kepada penggunaan tanda-tanda peringatan bersifat himbauan. Keni K. Soeriaatmadja dalam produksi kali ini mengatakan “produksi lebih mengarah kepada proses bukan hasil akhir, jadi ketika ada masukan atau kritikan sangat diterima agar karya ini bisa lebih baik lagi”. Semoga himbauan atau peringatan yang diungkapkan oleh sebuah penggarapan karya mendapat pertimbangan dari pihak manapun.

Tidak ada komentar:

KATO "Nyap - nyap!!!"

Sumber Foto : Noza (Wa_29 November 2021) Dinas Pariwisata Provinsi Riau melangsungkan kegiatan Kenduri Riau selama 4 hari  dari tanggal 26-2...