oleh :
Dewi Safrila Darmayanti
|
Dokumentasi : Satria Prayudha
|
Sebuah pertunjukan akan
muncul beberapa makna, bahkan tidak terduga. Hal demikian, karena masing-masing
personal atau pengamat akan merasakan pengalaman yang berbeda sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Seperti halnya pertunjukan karya “Hi V”, “Hi V”
adalah sebuah karya yang berpartisipasi dalam kegiatan Bekraf Festival di
Bandung. Bekraf Festival Bandung Tahun 2017 diadakan pada tanggal 7 – 10
Desember 2017 di PT. Gudang Persediaan KAI Jalan Sukabumi. Karya Hi V dengan
Koreografer Herdi Muhammad ditampilkan pada tanggal 9 Desember 2017 pukul
16.30. Karya Hi V lebih mengeksplorasi kepada tubuh penari dan properti yang
digunakan dalam tari. Menghubungkan antara kostum berwarna hitam dan warna
kuning sebagai properti yang ditempelkan di caping dengan berbahan dasar kain.
Produksi Karya “Hi V” terdiri
dari Herdi Muhammad (Bandung/ Koreografer/ Penari), Geri Krisdianto (Team),
Keni K. Soeriaatmadja (Team), Ratna Yulianti(Team), Agni Ekayanti(Team), Ayu
Ridho Saraswati(Team), Hasna Febria (Tata Busana/Tata Rias), Satria Prayudha
(Dokumentasi). Serta Penari terdiri dari Tazkia Hariany (Bandung), Uus Yusuf
Rizal (Garut), Junaida (Mandailing), R.Angga Gusmawan Sukma (Bandung), Satriya
Adhiyasa (Bekasi), Dewi Safrila Darmayanti (Pekanbaru), Ferry Cahyo Nugroho (Magetan),
Miftakhul Hauna (Pekanbaru), Athif Yulianti (Malang), Tulus Tri Sumanto
(Malang), Keanna Sharon (Bandung), dan Tri Putra Mahardika H (Jambi). Team
Produksi menjadi bagian dalam Sasikirana Dance Lab untuk berpartisipasi dalam
acara Bekraf Festival tersebut.
Dalam sebuah pertunjukan
terdiri dari tiga bagian menurut Richard yaitu tahap persiapan, pementasan, dan
akhir. Pada persiapan produksi karya “Hi V” bagian yang dilakukan yaitu
persiapan konsep (diskusi) agar bisa diterima oleh tubuh yang berbeda daerah,
properti yang akan digunakan, kostum serta rias yang menjadi bahan pertimbangan
dalam mengkontaminasi karya, musik pengiring yang akan bahan pertimbangan
proses produksi, serta cek lokasi pertunjukan agar terjadi penyesuaian dalam
proses pertunjukan. Ketika pementasan maka blocking yang dilaksanakan ketika
gladi resik akan sangat menentukan kepekaan penari dalam melakukan penyesuaian
lokasi. Tahap akhir dalam pertunjukan yaitu pengumpulan kembali properti seerta
kostum yang digunakan serta mengevaluasi karya “Hi V” bersama team produksi.
Evaluasi dilakukan agar produksi karya ini mengalami progress lebih baik lagi
pada tahap selanjutnya.
Hi V, inilah sebuah judul
karya yang bisa diinterpretasikan menjadi beberapa bagian. Hi V berdasarkan
pendapat koreografer berhubungan dengan penyebaran virus HIV saat ini, karena tidak ada obat yang bisa
menyembuhkan tetapi hanya ada obat untuk memperlambat sistem virus HIV yang
menggerogoti tubuh tersangka. Peringatan hari HIV tepat pada tanggal 1 Desember
2017, sehingga menjadi sumber inspirasi pengkarya. Pendapat lainnya tentang
judul ini bisa dipilah sebagai berikut, produksi karya Hi V bisa menjadi
himbauan untuk menyapa orang lain. Hi adalah sebuah ungkapan untuk menyapa
orang lain yaitu “hai”, sedangkan V bisa seperti ungkapan damai yang diajukan
kepada orang lain. Sehingga Hi V diartikan ungkapan perdamaian kepada semua
orang.
Properti yang digunakan
dalam karya ini yaitu kain berwarna kuning digabungkan dengan caping dengan
menggunakan lem. Kain tersebut dipotong atau disuir dan disusun sehingga
menutupi caping. Untuk memperkuat kain tersebut maka diatas caping diikat
kembali dengan kain kuning, sehingga terlihat seperti jambul(rambut yang dianyam baik-baik di atas dahi atau di kepala).
Penggambaran dari jambul tersebut seperti sebuah penyakit apabila
dihubungkan dengan konsep awal koreografer. Caping yang digunakan sebagai penahan kain tersebut seperti penggambaran
ubur-ubur yang berada di lautan. Dihubungkan antara virus HIV dengan ubur-ubur
seperti hal yang membahayakan yang selalu mengintai. Misalnya ubur-ubur berada
dilautan berwarna bening tetapi sangat membahayakan yaitu sengatan listrik
untuk perlindungan tubuhnya. Sedangkan HIV adalah sebuah virus yang tidak
terlihat tetapi sangat membahayakan tubuh manusia. Garis keduanya yaitu bahaya.
Maka dengan kain sebagai media tambahan pendukung produksi ini, bisa dikaitkan
dengan warna yang digunakan yaitu warna Kuning. Warna kuning adalah sebuah
peringatan. Secara umum masyarakat mengenal warna lampu lalu lintas yaitu
merah, kuning, hijau. Dan kuning adalah sebuah tanda hati-hati. Virus HIV
sangat mendapatkan perhatian khalayak umum karena penyebarannya begitu cepat.
Masa virus ini 10 tahun kedepan beru terdeteksi. Perlahan-lahan tetapi sangat
membahayakan. Oleh karena itu, kuning menjadi tanda dapat mempertegas konsep
produksi ini. Eksplorasi tubuh lebih diutamakan karena virus HIV lebih
menyerang antibodi personal yaitu terlihat dari gejala batuk, demam, mudah
terserang penyakit, dan sebagainya. Oleh karena itu, penggarapan produksi Hi V
mengarah kepada efek yang ditimbulkan kepada tubuh.
Balon hitam sebagai
peringatan dari penyebaran virus mempercepat kematian, dan menyebar melalui
pembuluh darah (penyebaran berlipat ganda apabila tidak meminum obatnya).
Karena itu produksi karya lebih mengarah kepada penggunaan tanda-tanda peringatan
bersifat himbauan. Keni K. Soeriaatmadja dalam produksi kali ini mengatakan
“produksi lebih mengarah kepada proses bukan hasil akhir, jadi ketika ada
masukan atau kritikan sangat diterima agar karya ini bisa lebih baik lagi”.
Semoga himbauan atau peringatan yang diungkapkan oleh sebuah penggarapan karya
mendapat pertimbangan dari pihak manapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar