(Diskusi/Workshop Silek
- H1)
Oleh : dewisafrila29@gmail.com
Di dalam buku Silat Tradisional minangkabau dikatakan bahwa
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut,
diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mual
silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam
dari satu daerah ke daerah lain. silat menurut KBBi adalah olahraga(permainan)
yang didasarkan pada ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan
menggunakan senjata maupun tidak.
Di Kota Solok, silek tumbuh melalui dua
alliran. Kedua aliran tersebut berasal dari pagaruyuang
dan agam. Silek yang berasal dari utara dan selatan yaitu pagaruyuang adalah bagian selatan serta
lebih mengarah kepada bagian pesisir dan lebih mendominasi dasar silek yaitu langkah 4 (empat). Langkah 4
(empat) lebih bersifat dalam bentuk pertahanan. Gerakan yang dilakukan lebih
mengarah kepada salam (adab), ruang tubuh yang digunakan lebih kecil, langkah
yang digunakan menyanding, melindungi dada (alif, lam, ha). Salah satu catatan
rahasiailmu.wordpress.com mengatakan Alif, Lam,Ha adalah ucapan kepada
rahasiamu, penjaga urat dan sumsum Mu, Qalbi kepada Allah. Sehingga dalam
Langkah 4 lebih membentuk pertahanan tubuh dan menyerahkan diri kepada Allah. Sedangkan
yang berasal dari agam yaitu bagian
utara lebih mengarah kepada penyerangan dan lebih mendominasi dasar silek yaitu
langkah 3 (tiga). Langkah 3 (tiga) lebih membuka badan dan tangan lebih
mencengkeram. Cengkeram menurut KBBI adalah memegang erat-erat dengan cakar
(kuku), dan menguasai (menggenggam). Hal demikian karena langkah 3 yang berasal
dari agam adalah silat harimau. Oleh karena itu silat di Solok adalah
pencampuran antara kedua aliran yang berasal dari utara dan selatan.
Di Solok untuk memulai silat dibuka
terlebih dahulu dinamakan Pembuka Pecah Manggis. Teknik dalam melakukannya
terlebih dahulu ke belakang, kesamping, dan kemudian ke depan. Terdahulu di
Solok silek menjadi seni permainan
yang muncul ketika sawah di Solok sedang panen padi. Oleh karena itu, setelah
panen maka diadakanlah seni pertunjukan silek.
Pertunjukan tersebut juga menjadi ajang bagaluik
atau bercanda antar sesama masyarakat karena kegembiraan yang telah
diperolehnya.
Pertunjukan seni permainan silek dahulunya dilakukan di Pematang.
Pematang menurut KBBI adalah jalan kecil yang agak ditinggikan (di sawah,
ditempat yang berpaya-payam dan sebagainya) dan pengertian lainnya yaitu bagian
tanah di sisi kotak penggalian yang dibiarkan sehinggga tempat yang digali
tampak dan dapat terus diteliti. Oleh karena itu menurut KBBI pematang sawah
adalah tambak (tanggul) kecil utnuk batas atau jalan di sawah. Jadi ketika
panen sudah tiba akan dilakukan silek dan
akan muncul juga nenek-nenek mengeluarkan ilmu batin. Mereka akan diberikan
tantangan siapa yang bisa membawa batuang
atau bambu ke sawah.
Datuak Tan Panggak (15 Oktober 2018,
Solok) mengatakan silek tuo mengarah
kepada olah batin. Gelar Datuak Tan Panggak didapatkan dari adat dan merupakan
salah satu turunan dari Mamak (sutan). Ada beberapa adab dalam silek dan siapa
saja yang tidak boleh dilawan di dalam silek
yaitu
1.
Orang
tua
2.
Guru
3.
Rajo/Pemerintah
Sedangkan 3 (tiga) bagian untuk
mempelajari silat yaitu
1.
Bunga
silat yaitu langkah
2.
Batang
pengikat lawan seperti mengabek / dikabek
atau diikat
3.
Isi
Pengarahan
ISI (isian) lebih tertutup. Dikarenakan apabila terbuka akan menimbulkan fitnah
apabila orang lain melihatnya.
Masyarakat tetap mempercayai bahwa
belajar silat, maka akan juga akan belajar islam. Walaupun terdapat beberapa
syarat dalam mempelajari silat, tetapi tidak melenceng atau menyimpang dari
ajaran Adat bersendi syarak, syarak besendi kitabullah. Artinya segala
perbuatan atau pekerjaan hendaknya selalu mengingat aturan adat dan agama, janganhendaknya
bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Adapun syarat-syarat yang harus
dibawa ketika akan belajar silat yaitu
1.
Membawa
ayam
Ayam
diperuntukkan untuk makan bersama. Makan bersama adalah media berinteraksi agar
terjalin hubungan emosional antara satu dengan yang lain atau menjalin hubungan
silaturahmi.
2.
Mendoa
3.
Kain
putih
Kain
putih terdapat dua pengertian. Dahulu orang tua dulu datang ke surau
menghantarkan anak laki-laki ke surau dan menyerahkan anaknya kepada guru di
surau, sang orang tua menyerahkan hidup dan mati sang anak di surau tersebut
dan kepada guru tersebut. Sehingga apabila terjadi sesuatu kepada sang anak
maka orang tua akan ikhlas. Pengertian yang kedua adalah bahwa anak yangn akan
belajar silat dia pergi ke surau dengan hati yang bersih..
4.
Sirih
(lengkap)
Sirih
terdiri dari daun sirih, kapur sirih, tembakau, pinang, kapur sirih. Syarat ini
mengibaratkan kepada seperti penyambutan/penerimaan.
5. Beras sekambuik (1
Liter)
6. Pisau
7. Jarum
8. Cabe rawit
Cabe
rawit lebih mengarah kepada pembelajaran. Seperti salah baki ampun batang /
sakit teman sakit kita. Sehingga di dalam surau harus dirasakan secara
bersama-sama.
9. Gula
Gula
lebih mengarah kepada bahwa apapun yang dilakukan akan berguna dimana saja
berada.
10. Kain sarung
Kain
sarung dimaksudkan sebagai pengganti pakaian guru.
Oleh narasumber lain yaitu H. Rusli.
Lebih menjelaskan tentang hubungan silat kepada agama. Silek dikatakan sebagai permainan anak nagari terdiri dari
1. Sholat yaitu berhubungan dengan Sang Khalik
2. Silek yaitu berhubungan dengan sesama atau silaturahmi.
Mempelajari silek bukan tentang sebuah
perkelahian tetapi silek adalah sebuah raso atau rasa. Bukan sebagai bela diri tetapi untuk membina akhlak
(karakteristik/bartaratiak). Silek Tuo Pusako Lamo bukan untuk
dipertandingkan karena pembentukan akhlak tersebut, silek ini menjadikan raso adalah
bagian tertinggi dalam pendalaman silek itu
sendiri.
Oleh karena itu silat dibagi menjadi
dua bagian yaitu laga atau pertandingan dan tradisional yaitu hubungan
silaturahmi. Silat juga merupakan bayang-bayang. Maksud sebagai bayang-bayang
artinya bahwa silat bukan untuk menyakiti, ibarat semut diinjak tidak mati, alu
disenggol patah tiga.
Tempat untuk belajar silek adalah surau. Menurut KBBI surau
adalah tempat (rumah) umat islam melakukan ibadatnya (mengerjakan salat,
mengaji, dan sebagainya). Ciri-ciri surau biasanya berada di perbukitan atau
lebih masuk ke dalam pedesaan dan tidak dikhalayak ramai atau keramaian seperti
pusat kependudukan. Surau dijadikan sarana pendidikan non formal untuk
membentuk karakteristik seorang anak atau membuat anak berbudi, diajar agama,
adat disertai dengan keterampilan silek.
Oleh sebab itu, surau menjadi tempat menuntut ilmu hingga belajar silek.
Belajar silek maka akan berkaitan dengan raso dan pareso. Raso dapat
diartikan sebagai simpati. Simpati adalah keikutsertaan merasakan perasaan
(senang, susah, dan sebagainya) orang lain. sedangkan pareso dapat diartikan sebagai empati. Empati adalah keadaan mental
yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinnya dalam keadaan
perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. sehinga
keduanya yaitu raso dan pareso berkaitan satu sama lain. Hal
lainnya dapat juga ditemukan didalam silek
yaitu sebuah permainan. Dikatan sebuah permainan karena silek mengajarkan dalam melatih mental
seseorang (murid). Ada berbagai hal untuk membentuk melatih seperti menggunakan
benda tajam hanya saja jangan melukai. Itulah syarat dalam belajar silek.
Belajar silek di surau biasanya menggunakan peci, kain sarung, dan celana
hitam. Apabila Guru silek memberikan izin kepada murid, maka murid
tersebut sudah mendapatkan izin. Izin yang dimaksud adalah salah satu syarat
dalam belajar silek. Hal yang paling
sulit biasanya di salah satu syarat belajar
silek yaitu memotong ayam. Ada alasan
kenapa syarat ini menjadi paling sulit. Karena yang memotong ayam juga hanya
orang tertentu yang bisa melakukannya serta dari ayam tersebut bisa dilihat
niat murid yang akan belajar silat, apakah murid tersebut belajar silat
sepenuhnya, setengah-tengah, atau sebagainya. Makanya belajar silek sesuatu yang perlu
dipertimbangkan, walaupun silek menjadi
sesuatu yang tidak tabu bagi masyarakat, karena pada zaman dahulu silek sudah diajarkan di surau. Dan bagi
anak laki-laki yang sudah baligh akan diantarkan orang tuanya ke surau untuk
belajar.
Dalam silek ada beberapa poin penting untuk diketahui, diantaranya adalah
1. Silat tidak hanya persoalan bela diri
Metode
yang diajarkan juga berkaitan dengan adat, agama, pendidikan karakter, serta
muatan lokal.
2. Adab silat sangat ketat karena juga mengarah kepada proses
berfikir.
Menurut H. Rusli silat secara lahir
mencari kawan, secara batin mencari Tuhan. maksud dari kalimat ini mengarah
kepada bahwa secara fisik tidak untuk bertarung (mengarah kepada pembelajaran,
kemampuan masing-masing tidak untuk berkelahi hanya untuk memperagakan saja)
serta dahulu melepaskan murid yangn belajar silat juga dilihat secara emosional
sang guru. Emosional guru sangat menentukan apakah murid tersebut sudah
mencapai puncak atau tamat kaji (menyelesaikan).
Hal lainnya yaitu garak jo gariak hampir sama dengan raso jo pareso. Sehingga secara visual dari pergerakan silek terlihat cara saling merespon dan setiap yang
melakukan pergerakan akan tahu detail dari gerak tersebut atau bisa dikatakan
sebelum sesuatu terjadi terlebih dahulu sudah tahu dampak yang akan terjadi
setelah melakukannya.
Ada dua bagian dalam silat sekarang di
Minangkabau yaitu tergabung ke dalam
IPSI (Induk Organisasi Cabang Olahraga) dan Silat Tuo. Pengarahan keduanya
pun sangat berbeda. IPSI silat yang diajarkan lebih mengarah kepada perlombaan
dan olahraga sedangkan silat tuo
mengarah kepada esensi silat itu sendiri.
Jenis-jenis aliran silat di Minangkabau
yaitu
1. Silek Alang Babega
2. Silek Harimau Campa
3. Silek Baringin Marapi
4. Silek Luhak Tanah Datar
5. Silek Kambiang Hitam
6. Silek Kumango
Terdahulu aliran Silek terbagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu
1. Silek Harimau Campa dari Kamboja
2. Silek Kucing
Siam dari Siam/Thailand
3. Silek Anjing
Mualim
4. Silek Kambiang
Hutan dari India sebagai hulu baling
raja.
Dari beberapa paparan yang disampaikan
oleh guru silek yaitu Tan Panggak dan H. Rusli, maka
didapatkan review tentang penjelasan silek
pada hari pertama. Albert Rahman Putra selaku Ketua Umum Komunitas Gubuak
Kopi dan Yunus Hidayat merevier bahwa dalam Silek
terdapat Garak Jo Gariak. Garak merupakan gambaran sehari-hari dan
garik merupakan respon/refleks (insting)
seseorang. Kemudian Silek juga memiliki
lima langkah lima step ke depan. Oleh karena itu, silek tuo adalah proses
pembelajaran dan mempelajari bahwa silek bukan
untuk saling memukul, hanya melihat beberapa titik masing-masing lawan untuk
diketahui tanpa menyentuh lawan. Hal penting lainnya bahwa titik tertinggi dari
silek
yaitu mati.
Lapuak-lapuak
Dikajangi adalah sebuah perhelatan
dari kegiatan studi pelestarian tradisi melalui platform multimedia. Kegiatan ini
pertama kali digagas oleh Gubuak Kopi melalui program lokakarya Daur Subur pada
tahun 2017, sebagai rangkaian presentasi public dalam membaca tradisi
masyarakat pertanian. Sehingga untuk keberlanjutannya pada tahun 2018 Komunitas
Gubuak Kopi menghadirkan kegiatan kolaborasi seni media dalam membaca
nilai-nilai tradisi “silek”. Pada minggu
pertama para partisipan diajak unutk mengikuti kuliah umum mengenai tradisi
silek, observasi, dan bertemu beberapa perguruan/narasumber silat. Minggu berikutnya,
para partisipan mendiskusikan ketertarikan isu, memproduksi karya, dan
berpameran. Komunitas Gubuak Kopi mengatakan bahwa silat bukanlah hal yang
asing bagi kita, silat secara tradisi dilihat sebagai lembaga pendidikan
karakter, yang didalamnya meliputi olahraga, olah rasa, olah pikiran, dan
lainnya.
Kegiatan Lapuak-Lapuak Dikajangi #2 adalah sebuah kegiatan
lokakarya/kolaborasi seni multimedia. Kegiatan ini dilaksanakan dari tanggal 14
Oktober – 4 November 2018 di SKB Kota Solok. Untuk pameran dari hasil
lokakarya/kolaborasi tersebut pada tanggal 1-4 November 2018. Kegiatan ini
dipimpin oleh Direktur Program Delva Rahman, dan Albert sebagai Ketua Umum
Komunitas Gubuak Kopi serta bekerja sama dengan Indonesiana, Silek Arts
Festival, Seni Media. Dan didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jendral Kebudayaan, Direktorat Kesenian, Dinas Kebudayaan Provinsi
Sumatera Barat, Pemerintah Kota Solok, serta masyarakat Kota Solok. Adapun Media
Partner mendukung kegiatanini yaitu Solok Milik Warga, Info Sumbar, Kaba,
Minang Young Artist Project, Sudut Payakumbuh, Info Kobar, Takasiboe, Jajak
Kaki Solok, Klok Positif.
Seniman partisipan: Zekalver Muharam (Solok),
Arum Dayu (Bandung), Prasasti Wilujeng Putri (Jakarta), Dewi Safrila (Pekanbaru),
Ragil Dwi Putra (Jakarta), Palmer Keen (Yogyakarta/Amerika), Hafizan (Padang),
Jatul Dokter Rupa (Lombok), Ade Jhori (Padangpanjang).